Category Archives: Flash Fiction

A Long Shadow

Dari belakang meja bar tempat aku meracik secangkir kopi, aku memperhatikan seorang wanita cantik yang sedang duduk sendirian di bagian paling ujung meja ini. Meja bar tempat aku bekerja ini memang didesain menghadap ke arah para barista meracik pesanan. Biar pelanggan bisa ngobrol dengan kita, kata Pak Bos.

Hari keempat dalam minggu ini, batinku sembari mengantarkan gelas cafe latte kedua untuk wanita itu.

“Sendirian lagi, Mbak?”

Dia menoleh. “Iya,” balasnya sambil tersenyum simpul. Tapi meskipun tersenyum, aku melihat kesedihan yang mendalam di matanya.

Continue reading

Kamisan S3 #8 – Membangkitkan Kematian

IMG-20150428-WA0000

“Kamu masih ingat cita-cita waktu kamu kecil, Go?”

“Beberapa.” Aku menoleh ke Riani. “Kenapa?”

“Kamu ingin menjadi apa?”

“Seperti anak-anak kecil lainnya. Aku pernah ingin menjadi seorang presiden atau astronot. Atau kalau kamu ingin jawaban yang lebih umum, aku ingin menjadi seseorang yang berguna bagi nusa dan bangsa,” aku terkekeh. “Oh bahkan aku pernah ingin menjadi seorang ahli matematika. Kalau tidak salah itu terlintas saat aku masuk SMP.” Aku tertawa menertawaiku kekonyolanku.

Continue reading

Kamisan S3 #1 – Dunia Abu-Abu

Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang berada di antara gedung-gedung tinggi yang berada di salah satu kawasan niaga terbesar di kota ini. Aku sangat hapal tempat ini karena aku berkerja di salah satu gedung yang ada di sini.

Sebelum pikiranku sempat menerjemahkan apa yang sedang terjadi, mendadak hujan turun. Secara reflek aku mengangkat tangan dan membuka payung yang entah bagaimana bisa ada di dalam genggaman tanganku. Begitu payung itu terbuka secara sempurna, trotoar tempatku berpijak menghilang. Membuatku kehilangan keseimbangan dan terjun bebas ke dalam kegelapan.

Continue reading

Cerita Yang Tidak Selalu Sederhana

———-

“Mbok, kopi hitamnya satu!” teriak seseorang yang ada di sampingku.

———-

“Mas, kopinya udah di ruang tamu, ya.” kata Ibu setengah berteriak dari dapur.

———-

Kalau kau bertanya kepadaku tentang cerita yang ada di balik secangkir kopi, mungkin aku tidak akan bisa menjawabnya. Lebih tepatnya, aku tidak tahu akan bercerita tentang cangkir kopi yang mana.

Kalau kau menghitung cerita-cerita yang ada di balik secangkir kopi yang telah ditulis oleh orang-orang, mungkin kau tidak akan terlalu terkejut tentang berapa banyaknya cerita-cerita tentang pertemuan, penantian, dan perpisahan.

Tapi ketika kau menjalani kehidupan yang sama denganku, kau akan tahu bahwa cerita yang ada di balik secangkir kopi tidak selalu sesederhana hal-hal itu.

Continue reading

Kamisan #11 – Kematian : Reinkarnasi

“Kamu percaya tentang kehidupan setelah mati?”

Aku menoleh sesaat ke arah Riana yang sedang menyeduh secangkir kopi. “Entahlah,” jawabku setengah malas sebelum menekuni layar laptopku lagi. Kesabaranku nyaris habis siang ini. Ini hari Minggu, dan tiba-tiba editor majalah fashion tempatku berkerja mengirimkan sebuah email. Memintaku menyelesaikan draft artikel yang menjadi tanggung jawabku.

Seharusnya artikel ini masuk ke rapat redaksi minggu depan untuk artikel majalah dua minggu lagi. Tapi ketika keluar kata-kata ‘besok pagi mau dibawa ke rapat redaksi’ dari mulut editorku, aku tahu aku tidak bisa menolak. Dengan amat sangat terpaksa aku mengenyahkan pikiran untuk bersenang-senang sepanjang hari Minggu ini bersama Riana. Sembari berjanji akan resign secepatnya dari kantor ini.

Continue reading

Kamisan #10 – Semadi : Hiatus

“Kenapa pengeluaran di bulan Ramadhan bisa tiba-tiba membengkak ya? Padahal pagi-siang-sore kan gue puasa yang notabene ga makan,” aku membatin di dalam hati sambil melihat saldo rekening di layar ATM. “Invoice pada susah turun pula,” aku melanjutkan sambil menghela napas. Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk mengambil uang secukupnya dan berjanji di dalam hati akan mulai menolak ajakan-ajakan untuk makan di luar saat berbuka puasa.

Begitu lembaran uang hasil penarikan muncul, aku segera mengambil dan memasukkannya ke dalam dompet. Keluar dari bilik ATM, aku langsung berjalan ke arah motor yang aku parkirkan di restoran seberang jalan.

Saat hendak menyebrang, tiba-tiba ada sebuah motor menepi dan berhenti tepat di depanku. Belum habis rasa kagetku, aku melihat dia membuka helm full-face yang menutupi wajahnya.

“Bengong aja lu, Dji!” katanya sambil tersenyum setelah membuka helm.

Continue reading

Kamisan #9 – Pulang : Rumah Itu Pergi

Nad, lagi apa?

Aku membaca pesan yang aku kirimkan 5 jam yang lalu di whatsapp. Masih belum di balas juga, pikirku. Fitur baru di whatsapp yang mengizinkan penggunanya untuk menyembunyikan last seen ini benar-benar mengganggu. Aku jadi tidak tahu apakah dia membaca pesanku atau tidak.

Aku bukan orang yang suka menunggu terlalu lama. Jadi begitu jam istirahat siang, aku menahan angka 7 yang merupakan speed dial untuk no telpon Nadia. Tak berapa lama nada sambung terputus, dan suara yang sudah amat sangat aku kenal.

Continue reading

Kamisan #8 – Perlina : Kosong

“Jadi semua gara-gara aku? Kak, kamu tahu kan aku ga suka digodain?”

“Godain gimana? Bilang kamu cantik mempesona gitu maksudnya?”

“Kamu disiram air putih itu biar seger?” kata Citra sambil menunjuk segelas air putih yang masih tersisa setengah gelas di atas meja kami.

“Loh? Aku kan cuma ngomong kenyat,” BYUR! Aku tergagap. Rasa dingin tiba-tiba menyergap seluruh wajahku.

Continue reading

Kamisan #7 – Game of Love : Kemudian, Aku Mengenalmu

“Kak, kenapa kamu bisa tobat kayak sekarang.”

“Hah? Tobat apa?” aku yang sedang asik mengaduk hot chocolate di depanku langsung menatap mata Citra.

“Ng, tobat apa ya.. Aku juga bingung sih ngomongnya gimana.”

“Atuhlah kamu gimana sih?”

“Oh, gini. Kamu dulu sering jalan berduaan sama cewek ga peduli dia itu siapa kan?”

“Iya. Terus?”

“Nah beberapa minggu lalu kita pernah mau nonton film terus batal gara-gara aku nonton sama temenku. Terus beberapa hari lalu juga kita pernah janjian mau ngopi-ngopi tapi ga jadi. Nah pas itu, kenapa kamu ga ngajak cewek lain aja? Kenapa pas itu kamu malah lebih milih nonton apa ngopi sendirian?”

Continue reading

Kamisan #6 – Martabak Telur : Malam Menjadi Kita

Baru jam 7 ternyata, batinku sambil melirik jam tangan yang ada di pergelangan tanganku. Di depanku, Citra lagi asik bercerita tentang kantor barunya sambil melirik menu. Sudah setengah jam dia berceloteh dengan semangat tentang kantor baru tempat di mana dia bekerja sekarang. Dan sudah setengah jam pula pelayan yang ada di belakangnya menunggu pesanan kami berdua.

“Cit, aku mau bertanya tentang sesuatu.”

“Hah? Apa, Kak?”

“Kamu suka menunggu?”

Continue reading